Contohkhutbah Jumat ini pernah dibawakan oleh Ust.Akhmad Tefur, ketua GPKSB (Gerakan Pembangunan Kebiasaan Shalat Berjamaah) di Masjid Raya Taman Yasmin Bogor, dan di Masjid Raya Cimanggu (Daarul Jannah) Bogor.. Waktu itu pas musim kampanye menjelang pemilu 2014. Namun demikian, contoh khutbah Jumat ini sangat cocok dan penting untuk dibawakan kapan pun dan di mana pun. Kumpulan 9+ Kata Bijak Salam Jumat Berkah Paling Lengkap Kata Kata from What is Khutbah JumatThe Benefits of Using Stories in the Khutbah JumatHow to Choose the Right Story for Your Khutbah JumatThe Benefits of Using Stories in the Khutbah JumatExamples of Motivational Stories for Khutbah JumatTips for Delivering an Effective Khutbah JumatConclusion What is Khutbah Jumat Khutbah Jumat is the sermon that is given on Fridays in many Islamic communities. It is traditionally given in the mosque, and it is an opportunity for the Imam, or leader of the community, to deliver a message of faith and inspiration to the congregation. The Khutbah Jumat is an important part of the Islamic tradition, as it sets the tone for the week and prepares the community for the upcoming days. The Benefits of Using Stories in the Khutbah Jumat Using stories in the Khutbah Jumat can be an effective way to inspire and motivate the congregation. Stories can be used to bring out important points or to illustrate a point of view. They can also be used to bring out emotions, and to create a sense of connection between the Imam and the congregation. Stories can help to bring the message alive and to make it more relevant to the congregation. How to Choose the Right Story for Your Khutbah Jumat When selecting a story to use in your Khutbah Jumat, it is important to choose one that is appropriate and relevant to the theme of your sermon. It should also be appropriate for the age group of the congregation. It is also important to choose a story that has a positive message and that is inspiring. Additionally, it is important to choose a story that is easy to understand and that can be understood by all members of the congregation. The Benefits of Using Stories in the Khutbah Jumat Using stories in the Khutbah Jumat can be an effective way to inspire and motivate the congregation. Stories can be used to bring out important points or to illustrate a point of view. They can also be used to bring out emotions, and to create a sense of connection between the Imam and the congregation. Stories can help to bring the message alive and to make it more relevant to the congregation. Examples of Motivational Stories for Khutbah Jumat There are many stories that can be used in Khutbah Jumat. These can be stories of the Prophet Muhammad, stories of the early Muslims, or stories of modern-day Muslims. The following are some examples of stories that can be used to motivate and inspire the congregation The story of Bilal ibn Rabah, the first muezzin of Islam The story of Khadija, the first wife of the Prophet Muhammad The story of Umar ibn Al-Khattab, the second caliph of Islam The story of Muhammad Ali Jinnah, the founder of Pakistan The story of Malala Yousafzai, the Pakistani activist for female education These are just a few examples of stories that can be used to motivate and inspire the congregation in Khutbah Jumat. There are many other stories that can be used, depending on the theme of the sermon and the interests of the congregation. Tips for Delivering an Effective Khutbah Jumat When delivering a Khutbah Jumat, it is important to remember to keep it concise and to the point. The sermon should be delivered in a clear and concise manner, and should be kept to the recommended length of 15-20 minutes. It is also important to practice the sermon beforehand, in order to ensure that it is delivered effectively and confidently. Additionally, it is important to remember to engage the audience and to make sure that they are following the sermon. Conclusion Khutbah Jumat is an important part of the Islamic tradition, and it is an opportunity for the Imam to deliver an inspiring message to the congregation. Using stories in the Khutbah Jumat can be an effective way to inspire and motivate the congregation. It is important to choose stories that are appropriate and relevant to the theme of the sermon, and that are easy to understand and relate to. Additionally, it is important to remember to keep the sermon concise and to engage the audience. MotivasiAgar Segera Bertobat. KhotbahJumat.com. November 10, 2011. Bersih Hati, Khutbah Jumat Pilihan, Nasehat. 1 Comment. "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (tobat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ، فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ، وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kesempatan istimewa ini kita jadikan untuk saling mengingatkan akan makna takwa. Yakni bagaimana dalam sepekan, bahkan setiap saat untuk terus berupaya meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT. Dengan demikian, setiap detik kita merasa terus dipantau layaknya CCTV. Percayalah, kalau demikian dalam keseharian, maka kualitas dan kuantitas ibadah maupun penghambaan kita kepada Allah SWT akan terus meningkat. Mudah-mudahan kita tergolong orang yang bertakwa yang akan mendapatkan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan dengan keimanan serta ketakwaan yang kokoh ini, semoga kita akan mampu menjadi umat Islam yang sempurna yang mampu mewujudkan rukun iman dan melaksanakan rukun Islam. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Kesempurnaan Islam bisa kita raih dengan menjalankan lima ibadah yang terangkum dalam rukun Islam. Dan ibadah yang menjadi pungkasan dalam rukun Islam tersebut adalah berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Allah SWT berfirman dalam QS Ali 'Imran ayat 97 sebagai berikut وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ Artinya Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam. Hadirin yang Dirahmati Allah Ayat ini menjadi pengingat pada kita selaku umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin bisa melaksanakan ibadah haji. Dengan menjalankan rukun Islam yang kelima ini, tentu kita akan bisa menyempurnakan keislaman kita. Sehingga pergi ke Tanah Suci untuk berhaji selalu menjadi cita-cita dan impian umat Islam sejak lahir ke dunia ini. Namun dalam ayat ini, Allah memberi catatan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi orang-orang yang mampu untuk menunaikannya. Lalu pertanyaannya, apa kategori orang yang mampu dalam menjalankan ibadah haji? Para ulama membagi pengertian “mampu berhaji” menjadi dua kategori. Pertama adalah mampu melaksanakan haji dengan dirinya sendiri dan yang kedua adalah mampu melaksanakan haji dengan digantikan orang lain. Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya sendiri apabila memenuhi lima hal. Pertama adalah kesehatan jasmani. Kedua, sarana transportasi yang memadai. Ketiga, aman dan terjaminnya keselamatan nyawa, harta, dan harga dirinya selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji. Keempat, perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang dapat dipercaya dalam ibadah haji. Dan kelima rentang waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan haji. Jadi bisa kita pahami bahwa kriteria mampu untuk berhaji bukan hanya terkait dengan kemampuan finansial, namun banyak elemen yang perlu dipersiapkan untuk bisa dikatakan mampu berhaji. Jika seseorang sudah berusaha dan belum dapat mencukupi kriteria-kriteria mampu serta belum bisa melaksanakan ibadah haji, maka tidak ada dosa baginya. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا Artinya Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Dalam surat al-Maidah, ayat 6 juga ditegaskan oleh Allah SWT sebagai berikut مَا يُرِيْدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ Artinya Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian. Namun demikian, hadirin yang dirahmati oleh Allah, kita patut berbahagia karena di Indonesia, semangat dan antusias umat Islam untuk berhaji sangat tinggi. Berbagai upaya dilakukan individu muslim, baik secara moral maupun material untuk dapat segera diberangkatkan pemerintah ke Tanah Suci. Hal ini terlihat dari antrean daftar tunggu yang berdasarkan data Kementerian Agama bisa mencapai puluhan tahun. Dalam kondisi normal, pemerintah memberangkatkan 221 ribu jamaah untuk berhaji. Para jamaah Indonesia bergabung dengan kurang lebih 2,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Namun kita ketahui bersama bahwa tahun ini pelaksanaan ibadah haji diprioritaskan kepada mereka yang berusia tua. Belum lagi sebelumnya terkendala pandemi Covid-19. Dengan aturan yang ada, maka mereka yang telah mendaftar dan antreannya demikian panjang harus kembali menahan diri dan menebalkan kesabaran. Dengan demikian, kondisi ini tidak boleh menurunkan semangat umat Islam untuk terus berusaha dan berdoa guna mewujudkan impian untuk bisa beribadah di Tanah Suci. Sudah bisa dipastikan umat Islam, khususnya para calon jamaah haji yang memang sudah saatnya diberangkatkan, merasakan kesedihan atas penundaan haji ini. Pelaksanaan haji boleh tertunda, tapi niat mesti terus terjaga. Kerinduan untuk mengunjungi Baitullah seyogianya tak ikut mereda. Baik bagi orang yang sudah menunggu antrean berangkat maupun baru berikhtiar menabung untuk itu. Kita harus mampu mengambil hikmah atas kondisi ini dan berdoa semoga dengan ditundanya ini tidak mengurangi sama sekali makna niat kita untuk melaksanakan ibadah haji. Perlu kita sadari bahwa salah satu tujuan dari beragama atau maqashidus syari'ah adalah hifdhun nafs, menjaga keselamatan jiwa. Menjaga keselamatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Kaidah fiqih juga menegaskan bahwa دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ Artinya Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan. Dengan pertimbangan memberikan kesempatan kepada mereka yang usianya senja semoga menjadi jalan bagi kemudahan jamaah lain. Marilah kita berdoa semoga kondisi ini segera berlalu dan dapat kembali normal. Semoga Allah mengijabah doa kita semua, amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Liputan6com, Jakarta - Di hari Jumat seluruh umat muslim laki-laki diwajibkan untuk sholat Jumat. Hukum dalam menjalan sholat Jumat adalah wajib bagi setiap laki-laki yang sudah baligh. Sebelum melaksanakan sholat Jumat, nantinya akan diberikan khutbah Jumat oleh imam sholat.. Khutbah Jumat adalah khutbah yang dilakukan sebelum sholat berjamaah dua rakaat pada waktu zuhur di hari Jumat.
Materi khutbah Jumat kali ini mengingatkan manusia tentang posisi dirinya sebagai ciptaan yang lebih baik dibanding makhluk-makhluk lainnya. Para mustami’ penyimak khutbah Jumat diharapkan menyadari keunggulan ini untuk berusaha menjaga kualitasnya sebagai sang khalifah di muka bumi. Apa yang penting diperhatikan selama ikhtiar itu? Tak lain melaksanakan apa yang menjadi tujuan utama manusia diciptakan menyembah atau mengabdi kepada Allah. Momentum khutbah Jumat adalah saat tepat menggugah kembali asal muasal dan tujuan hidup ini. Terkait relasinya dengan makhluk lain, manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi lainnya. Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang "Menjadi Manusia Terbaik". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I أّلْحَمْدُ للهِ خَلَقَ أَدَمَ بِيَدِهِ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ وَأَحْظَاهُ بِجَوَارِهِ وَأَسْجَدَ لَهُ مَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبِيْنَ الْأَطْهَارِ أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِ الْغِزَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى Hadirin jamaah shalat Jumat as’adakumullah, Ketundukan alam semesta terhadap manusia diceritakan langsung oleh sang pemilik alam, Allah subhanahu wata’ala dalam al-Qur’an اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِاَمْرِهٖۗ وَيُمْسِكُ السَّمَاۤءَ اَنْ تَقَعَ عَلَى الْاَرْضِ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ٦٥ “Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu manusia apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan benda-benda langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.” QS Al-Hajj [22] 65. Satu kata yang menjadi fokus bahasan dalam ayat ini adalah kata “tunduk”. Dalam KBBI, kata tunduk berarti menghadapkan wajah ke bawah, condong ke depan dan ke bawah tentang kepala; melengkung ke bawah tentang malai padi; takluk; menyerah kalah. "Sakhkhara" pada ayat tersebut artinya menundukkan. Muhamma Yunus mengartika سَخَّرَ dengan memaksa kerja tanpa upah. Dari beberapa pengertian tersebut setidaknya mengandung satu pemahaman bahwa Allah menciptakan manusia dengan potensi melebihi potensi yang dimiliki makhluk lainnya. Dengan dengan demikian mereka takluk, kalah, menyerah, dan hormat kepada manusia. Mahasuci Allah yang telah menciptakan manusia di atas yang lain. Hal ini juga disebutkan dalam surah at-Tin ayat 4 لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ٤ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” QS At-Tin[95] 4. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Banyak yang berpendapat bahwa kelebihan manusia di atas makhluk lainnya adalah karena potensi akal dan berpikir, bahkan Allah sendiri telah menobatkan manusia menjadi khalifah fi al-ardh pemimpin bumi. وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً ٣٠ “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” QS Al-Baqarah [2] 30. Berbeda dengan pendapat para sufi, mereka berpendapat yang menjadi titik unggul manusia dibanding lainnya adalah Pertama, menurut Ibnu Arabi adanya kesempurnaan manusia sebagai lokus penampakan nama-nama asma’ dan sifat-sifat Tuhan. Manusia disebutkan sebagai ciptaan terbaik sebagaimana ditegaskan dalam surah Shad ayat 75 قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ ٧٥ Allah berfirman "Hai Iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?" QS Shaad [38] 75. Kalimat “Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku” dalam ayat tersebut menunjukkan betapa istimewanya manusia. Dalam diri manusia terdapat pantulan semua asama Allah sedangkan makhluk lainnya hanya sebagian saja. Kedua, Sayyed Hossein Nasr menyebutkan manusia sebagai satu-satunya makhluk teomorfis atau makhluk eksistensialis yang dapat naik turun martabatnya di hadapan Tuhan. Senada dengan pendapat tersebut al-Jilli melihat manusia sebagai makhluk paripurna atau insan al-kamil. Manusia paripurna inilah disebut dengan khalifah yang sesungguhnya. Bahkan menurut Ibnu Arabi manusia yang tidak sampai pada derajat kesempurnaan adalah binatang yang menyerupai manusia, dan tidak layak menyandang predikat khalifah. Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern, Jakarta Republika, hal. 94. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Penjelasan tersebut menjadi motivasi penting bagi manusia agar senantiasa menyadari akan kesempurnaan dirinya, mengembangkan dan memelihara agar kelak kembali kepada berada dalam kondisi sebagaimana awal penciptaannya. Teringat satu pertanyaan jamaah dalam sebuah acara kepada Prof. Quraish Shibab, tentang manusia terbaik. Beliau menjawab bahwa manusia terbaik adalah manusia yang dapat menjalankan apa-apa yang menjadi tujuan ia diciptakan. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS Adz-Dzariyat[51] 56. Konsep manusia terbaik dalam hadits Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam adalah orang yang bermanfaat bagi lainnya عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم المُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ ، وَلَا خَيْرَ فِيْمَنْ لَا يَأْلَفُ ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ »ـ Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” HR. Thabrani dan Daruquthni. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Maka di akhir khutbah pada kesempatan kali ini, khatib mengajak kepada jamaah, marilah kita selalu berusaha untuk menjadikan diri ini tetap istimewa sebagaimana awal penciptaan dan menjadikannya bermanfaat untuk diri dan orang lain serta seluruh makhluk Allah di muka bumi ini. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta Baca naskah Khutbah Jumat lainnya Khutbah Jumat 7 Adab Menjaga Lisan Menurut Sayyid Abdullah al-Haddad Khutbah Jumat 4 Hal yang Dipertanggungjawabkan di Hari Kiamat Khutbah Jumat Anjuran dan Larangan Menerima Pemberian Orang Lain
KhutbahJumat NU Online Jatim kali ini mengangkat tema tentang bagaimana orang tua zaman now dapat mendidik buah hatinya. Di tengah kian berkembangnya teknologi dan tantangan lain, ada baiknya para orang tua untuk melakukan introspeksi diri agar nantinya memiliki anak harapan. Buah hati yang akan menjadi kebanggaan di rumah, masyarakat, dan bangsa.
Pertama-tama, marilah kita memperkuat rasa syukur kita kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan ini. Kita semua tahu bahwa Allah SWT telah memberikan kita banyak nikmat, baik yang besar maupun yang kecil, yang seringkali kita terima sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun, di bulan Ramadhan, kita diingatkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepada kita, dan untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT. Rasa syukur adalah sikap yang sangat penting dalam hidup kita sebagai umat Muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Artinya “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ Artinya “Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” Hadis ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai dan bersyukur atas semua kebaikan yang diberikan kepada kita, baik itu datang dari Allah SWT atau dari manusia. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk memperkuat rasa syukur kita di bulan Ramadhan ini. Kita dapat melakukan hal-hal sederhana seperti memperbanyak dzikir dan doa, serta bersedekah kepada yang membutuhkan. Kita juga dapat memperkuat hubungan kita dengan keluarga, teman, dan sesama muslim dengan melakukan kebaikan dan memaafkan kesalahan mereka. Semoga Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk selalu bersyukur dan memperkuat iman kita di bulan suci Ramadhan ini. Amin. Sekian khutbah Jumat kali ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 8. Khutbah Jumat Tentang Belajar Ikhlas di Bulan Ramadhan Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah memberikan kita kesempatan untuk hadir di hadapan-Nya pada hari yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah menjadi teladan bagi kita semua. Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan telah tiba, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat murah hati dalam memberikan pahala dan ampunan kepada hamba-Nya yang beribadah dengan ikhlas. Dalam bulan Ramadhan, belajarlah untuk menjadi lebih ikhlas dalam setiap amalan yang kita lakukan. Ikhlas adalah kunci dari keberhasilan di dunia maupun di akhirat. Tanpa ikhlas, segala amalan yang kita lakukan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan." HR. Bukhari dan Muslim Oleh karena itu, mari kita belajar untuk menanamkan niat yang ikhlas dalam hati kita setiap kali melakukan amalan di bulan Ramadhan ini. Janganlah kita melakukannya semata-mata untuk pujian dari orang lain atau untuk tujuan dunia semata, melainkan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ingatlah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan amalan kita. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya dan Maha Mandiri. Namun, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan dan keberkahan di dunia maupun di akhirat. Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dan menjadi lebih ikhlas dalam setiap amalan yang kita lakukan. Mari kita jadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akhir kata, saya ingin mengajak kita semua untuk memperbanyak dzikir dan doa di bulan Ramadhan ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan hidayah dan keberkahan kepada kita semua. Aamiin ya rabbal 'alamin. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 9. Khutbah Jumat Tentang Mengkhatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita dengan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada petunjuk yang benar. Para jamaah yang dirahmati Allah, Hari ini, dalam kesempatan Khutbah Jumat yang mulia ini, saya ingin berbicara tentang keutamaan mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan kesempatan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada Allah di bulan Ramadhan adalah dengan mengkhatamkan Al-Qur'an. Mengkhatamkan Al-Qur'an bukan hanya sekadar membaca dan menyelesaikan Al-Qur'an dalam sebulan, tetapi juga memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 185, "Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil. Maka barang siapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Membaca satu huruf dari kitabullah Al-Qur'an di bulan Ramadhan itu sama dengan membaca satu khatam di luar bulan Ramadhan." Dengan demikian, mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah SWT. Kita dapat memperoleh pahala yang besar dan memperoleh keberkahan dalam hidup kita. Selain itu, mengkhatamkan Al-Qur'an juga dapat membantu kita untuk memperdalam pemahaman tentang agama dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan Ramadhan yang mulia ini dengan sebaik-baiknya. Marilah kita berusaha untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dengan memperhatikan makna-makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Dengan mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan ini. Amin. 10. Khutbah Jumat Tentang Menjaga Semangat Puasa Pasca Ramadhan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia. Hari ini, kita telah melewati beberapa bulan sejak berakhirnya bulan suci Ramadhan. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk menjaga semangat puasa pasca Ramadhan. Puasa merupakan ibadah yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai manusia. Selain sebagai bentuk pengendalian diri, puasa juga memiliki banyak manfaat kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Puasa di bulan Ramadhan tentu memiliki nuansa tersendiri yang tidak dapat ditemukan pada bulan-bulan lain. Namun, bukan berarti kita tidak bisa menjaga semangat puasa setelah Ramadhan berakhir. Kita harus senantiasa berupaya untuk mempertahankan semangat puasa dalam kehidupan sehari-hari. "Ya Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?" Beliau menjawab, "Puasa Ramadan". "Apakah ada lagi selain itu?". Beliau menjawab, "Tidak, kecuali puasa sunnah." HR Bukhari dan Muslim Cara untuk menjaga semangat puasa pasca Ramadhan antara lain dengan senantiasa membiasakan diri untuk berpuasa di hari-hari sunnah, seperti Senin dan Kamis. Selain itu, kita juga bisa melaksanakan puasa sunnah lainnya, seperti puasa Arafah, puasa Asyura, dan lain sebagainya. “Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorangpun yang masuk melaluinya,” HR Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah Selain itu, menjaga semangat puasa juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas ibadah lainnya, seperti shalat, dzikir, dan sedekah. Dalam melakukan hal tersebut, kita harus senantiasa memiliki niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita juga harus senantiasa mengingat bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga menahan diri dari perbuatan dosa. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha untuk menjauhi segala bentuk perbuatan dosa dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Demikianlah khutbah singkat tentang menjaga semangat puasa pasca Ramadhan. Semoga apa yang telah disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Mari kita senantiasa berupaya untuk mempertahankan semangat puasa dan meningkatkan kualitas ibadah kita dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a'lam bisawab. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 11. Khutbah Jumat Tentang Mengeluarkan Zakat Fitrah Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk beribadah dan mendapatkan berbagai rahmat dari-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang meneladani kita dalam beragama. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Hari ini, kita telah memasuki bulan Ramadan yang penuh berkah. Bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan dari Allah. Di bulan yang penuh berkah ini, kita dianjurkan untuk menunaikan zakat fitrah sebagai bagian dari kewajiban kita sebagai umat Muslim. "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." QS. Al-Baqarah ayat 110 Zakat fitrah adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap orang Muslim yang mampu sebagai bentuk kepedulian kepada sesama, terutama kepada keluarga yang kurang mampu. Zakat fitrah ini wajib dikeluarkan sebelum hari raya Idul Fitri sebagai tanda syukur kita atas nikmat sehat dan kebahagiaan yang Allah berikan kepada kita selama bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda, "Islam dibangun atas 5 tiang pokok yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan naik haji bagi yang mampu." HR Bukhari Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Penting bagi kita untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk keluarga kita yang kurang mampu. Dengan mengeluarkan zakat fitrah, kita dapat membantu keluarga kita yang membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan makanan dan sandang mereka selama hari raya Idul Fitri. Kita sebagai Muslim haruslah memiliki rasa kepedulian dan empati kepada sesama. Dengan memberikan zakat fitrah kepada keluarga yang membutuhkan, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, yaitu kebahagiaan dalam berbagi dan memberi. ”Rasulullah SAW mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ied.” HR. Bukhari dan Muslim. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, "Dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri." HR. Bukhari Sekian khutbah singkat kita hari ini tentang pentingnya mengeluarkan zakat fitrah untuk keluarga. Semoga kita semua dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai umat Muslim dengan baik dan senantiasa diberikan kemudahan dan keberkahan dalam hidup kita. Amin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 12. Khutbah Jumat Tentang Cara Meraih Kemenangan Bulan Ramadhan Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk meraih bulan Ramadhan yang mulia. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, sahabatnya, dan kita semua umatnya. Saudaraku yang dirahmati Allah, Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah, rahmat, dan ampunan. Ini adalah bulan yang penuh dengan kesempatan untuk meraih kemenangan di depan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita harus memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya agar kita dapat meraih kemenangan di bulan yang mulia ini. Salah satu cara untuk meraih kemenangan di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak ibadah dan amalan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan harapan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." HR. Bukhari dan Muslim. Kita juga harus memperbaiki akhlak kita dan meningkatkan keimanan kita. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati." HR. Bukhari dan Muslim. Meraih kemenangan di bulan Ramadhan juga berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak amalan kita. Kita harus menghindari perilaku yang buruk, seperti mengumpat, memfitnah, dan mencaci maki orang lain. Kita juga harus menghindari maksiat dan perbuatan dosa lainnya, seperti zina, riba, dan sejenisnya. Kita harus ingat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Kita harus menjalankan semua amalan dengan penuh keikhlasan dan tekad yang kuat untuk meraih kemenangan di depan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saudaraku yang dirahmati Allah, Marilah kita memanfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Mari kita memperbanyak amalan kebaikan, memperbaiki akhlak kita, dan menjauhi hal-hal yang buruk. Dengan demikian, kita dapat meraih kemenangan di bulan yang mulia ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Aamiin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1 Khutbah Jumat Singkat Tentang Kematian. Setiap yang bernyawa, pasti akan merasakan kematian. Kematian adalah hal yang pasti dan tidak satu pun orang dapat mengetahui kapan waktu tersebut akan tiba. Sehingga kita harus mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Melalui contoh khutbah Jumat singkat ini, semoga dapat menjadi renungan hidup bagi kita semua.
Khutbah I الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam pernah bercerita tentang dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sangat rajin beribadah. Rupanya si ahli ibadah yang selalu menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa tak betah untuk tidak menegur. Teguran pertama pun terlontar. Seolah tak memberikan efek apa pun, perbuatan dosa tetap berlanjut dan sekali lagi tak luput dari pantauan si ahli ibadah. “Berhentilah!” Sergahnya untuk kedua kali. Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?" Mungkin karena sangat kesal, lisan saudara yang rajin beribadah itu tiba-tiba mengeluarkan semacam kecaman وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.” Kisah ini terekam sangat jelas dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di bagian akhir, hadits tersebut memaparkan, tatkala masing-masing meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Kepada yang tekun beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?" Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan. "Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "Wahai malaikat giringlah ia menuju neraka." Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Cerita tersebut mengungkapkan fakta yang menarik dan beberapa pelajaran bagi kita semua. Ahli ibadah yang sering kita asosiasikan sebagai ahli surga ternyata kasus dalam hadits itu justru sebaliknya. Sementara hamba lain yang terlihat sering melakukan dosa justru mendapat kenikmatan surga. Mengapa bisa demikian? Karena nasib kehidupan akhirat sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah. Pada hakikatnya, manusia tak memiliki kewenangan untuk memvonis orang atau kelompok lain sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, dilaknat atau dirahmati. Tak ada alat ukur apa pun yang sanggup mendeteksi kualitas hati dan keimanan seseorang secara pasti. Yang bisa kita cermati hanya tampilan lahiriahnya belaka. Soal kepastian hati, apalagi nasib kelak di akhirat tak seorang pun dari kita sanggup mendeteksi. Jika diamati, ahli ibadah dalam kisah hadits di atas terjerumus ke jurang neraka lantaran melakukan sejumlah kesalahan. Pertama, ia lancang mengambil hak Allah dengan menghakimi bahwa saudaranya “tak mendapat ampunan Allah dan tidak akan masuk surga”. Mungkin ia berangkat dari niat baik, yakni hasrat memperbaiki perilaku saudaranya yang sering berbuat dosa. Namun ia ceroboh dengan bersikap selayak Tuhan menuding orang lain salah sembari memastikan balasan negatif yang bakal diterimanya. Dalam konteks etika dakwah, si ahli ibadah sedang melakukan perbuatan di luar batas wewenangnya sebagai pengajak. Ia tak hanya menjadi dâi tukang ajak tapi sekaligus hâkim tukang vonis. Padahal, Al-Qur’an mengingatkan اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik, dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia Maha mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.” An-Nahl [16] 125 وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ “Dan katakanlah "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir". Al-Kahfi [18] 29 Ayat ini tak hanya berpesan tentang keharusan seseorang untuk berdakwah secara arif dan santun melainkan menegaskan pula bahwa tugas seseorang hamba kepada hamba lainnya adalah sebatas mengajak atau menyampaikan. Mengajak tak sama dengan mendesak, mengajak juga bukan melarang atau menyuruh. Mengajak adalah meminta orang lain mengikuti kebaikan atau kebenaran yang kita yakini, dengan cara memotivasi, mempersuasi, sembari menunjukkan alasan-alasan yang meyakinkan. Urusan apakah ajakan itu diikuti atau tidak, kita serahkan kepada Allah subhânahu wa taâlâ tawakal. Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Kesalahan kedua yang dilakukan ahli ibadah dalam kisah tersebut adalah ia terlena terhadap prestasi ibadah yang ia raih. Hal itu dibuktikan dengan kesibukannya untuk mengawasi dan menilai perilaku orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dalam tingkat yang lebih parah, sikap macam ini dapat membawa seseorang pada salah satu akhlak tercela bernama tajassus, yakni gemar mencari-cari keburukan orang lain. Apalagi, bila orang yang menjadi sasaran belum tentu benar-benar berbuat salah. Seringkali lantaran kesalahpahaman dan perkara teknis, sebuah perbuatan secara sekilas pandang tampak salah padahal tidak. Di sinilah pentingnya tabayun klarifikasi dalam ajaran Islam. Tentu saja memperbanyak ibadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi 'ujub bangga diri. Ujub merupakan penyakit hati yang cukup kronis. Ia bersembunyi di balik kelebihan-kelebihan diri kemudian pelan-pelan mengotorinya. Bisa saja seseorang selamat dari perbuatan dosa tapi ia kemudian terjerumus ke dalam jurang yang lebih dalam, yakni ujub. Mesti diingat, menghindari perbuatan dosa memang hal yang amat penting, tapi yang lebih penting lagi bagi seseorang yang terbebas dari dosa adalah menghindari sifat bangga diri. Sebuah maqalah bijak berujar, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.” Watak buruk dari kelanjutan sifat ujub biasanya adalah merendahkan orang lain. Amal ibadah yang melimpah, apalagi disertai pujian dan penghormatan dari masyarakat sekitar, sering membuat orang lupa lalu dengan mudah menganggap remeh orang lain. Orang-orang semacam ini umumnya terjebak dengan penampilan luar. Mereka menilai sesuatu hanya dari yang tampak secara kasat mata. Padahal, bisa saja orang yang disangkanya buruk, di mata Allah justru lebih mulia karena lebih banyak memiliki kebaikan namun lantaran bukan tipe orang yang suka pamer amal itu pun luput dari pandangan mata kita. Jamaah shalat Jumat hadâkumullâh, Dakwah berasal dari lafadh daâ-yadû yang secara bahasa semakna dengan an-nidâ’ dan ath-thalab. An-nidâ’ berarti memanggil, menyeru, mengajak; sementara ath-thalab dapat diterjemahkan dengan meminta atau mencari. Istilah dakwah bisa didefinisikan sebagai upaya mengajak atau menyeru kepada iman kepada Allah dan segenap syariat yang dibawa Rasulullah serta nilai-nilai positif lainnya. Dakwah sangat dianjurkan dalam Islam sebagai pelaksanaan prinsip amar ma’ruf nahi anil munkar. Umat Islam diperintah untuk menyebarkan pesan kebaikan ma’ruf dan tak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran. Hanya saja, dalam praktiknya semua dijalankan dalam koridor yang bijaksana, sehingga usaha amar ma’ruf terealisasi dengan baik dan pencegahan kemungkaran pun tak menimbulkan kemungkaran baru lantaran tidak dijalankan dengan cara-cara yang mungkar. Karena itu, kita mengenal dalam proses dakwah dua hal, yaitu isi dakwah dan cara dakwah. Terkait isi, dakwah memiliki lingkup yang sangat luas, dari persoalan akidah, ibadah hingga akhlak keseharian seperti ajakan untuk tidak menggunjing dan membuang sampah sembarangan. Dakwah memang bukan monopoli tugas seorang dai, siapa pun bisa menjadi pengajak, namun dakwah menekankan pelakunya memiliki bekal ilmu yang cukup tentang hal-hal yang ingin ia serukan. Hal ini penting agar dakwah tak hanya meyakinkan tapi juga tidak sepotong-sepotong. Yang tak kalah penting adalah cara. Betapa banyak hal-hal positif di dunia ini gagal menular karena disebarluaskan dengan cara-cara yang keliru. Begitu pula dengan dakwah. Dalam hal ini kita bisa berkaca kepada Rasulullah. Di tengah fanatisme suku-suku yang parah, kebejatan moral yang luar biasa, dan kendornya prinsip-prinsip tauhid, dalam jangka waktu hanya 23 tahun beliau sukses membuat perubahan besar-besaran di tanah Arab. Bagaimana ini bisa dilakukan? Kunci dari kesuksesan revolusi peradaban itu adalah dawah bil hikmah, seruan yang digaungkan dengan cara-cara bijaksana. Akhlak Nabi lebih menonjol ketimbang ceramah-ceramahnya. Beliau tak hanya memerintah tapi juga meneladankan. Rasulullah juga pribadi yang egaliter, memahami psikologi orang lain, menghargai proses, membela orang-orang terzalimi, dan tentu saja berperangai ramah dan welas asih. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian bahwa ada rambu-rambu dakwah yang perlu diingat, yakni jangan membenci dan merendahkan orang lain, apalagi mencaci maki dan memojokkannya. Karena jika hal itu kita lakukan maka keluarlah kita dari motivasi dakwah sesungguhnya. Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah. Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi tentang bahasa Arab dasar bahwa da'wah artinya mengajak bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah bukan marah, merangkul bukan memukul. Yang paling mengerikan tentu saja adalah dakwah dikuasai amarah dan hawa nafsu sehingga menimbulkan pemaksaan dan aksi-aksi kekerasan, hanya karena menganggap orang lain sebagai musyrik, musuh Allah, dan karenanya harus diperangi. Jika sudah sampai pada level ini, pendakwah tak hanya sudah melenceng jauh dari esensi dakwah, tapi juga pantas menjadi sasaran dakwah itu sendiri. Al-Qur'an sudah sangat benderang menegaskan bahwa tak ada paksaan dalam agama, dan oleh sebab itu menggunakan pendekatan kekerasan sama dengan mencampakkan pesan ayat suci. Dalam sebuah hadits dijelaskan عن حذيفة رضي الله عنه قال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ بَهْجَتَهُ عَلَيْهِ ، وَكَانَ رِدْءًا لِلْإِسْلَامِ انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ ، وَسَعى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ " . قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ ! أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ الرَّامِي أَوِ الْمَرْمِيِّ ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " بَلِ الرَّامِي " Dari Hudzaifah radliyallâhu anh, Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam bersabda, “Sungguh yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah orang yang membaca Al-Qur’an sampai terlihat kegembiraannya dan menjadi benteng bagi Islam, kemudian ia mencampakkannya dan membuangnya ke belakang punggung, membawa pedang kepada tetangganya dan menuduhnya syirik.” Saya Hudzaifah bertanya “Wahai Nabi, siapakah yang lebih pantas disifati syirik, yang menuduh atau yang dituduh?” Rasulullah menjawab “Yang menuduh.” HR Ibnu Hibban Na’ûdzubillâhi mindzâlik. Semoga kita semua dilindungi Allah dari perbuatan buruk baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Tekun dalam beribadah kemudian mengajak sesamanya untuk melakukan hal yang serupa merupakan sesuatu yang dipuji dalam agama. Hanya saja, dakwah atau mengajak memiliki batasan-batasan. Setidaknya ada dua tips yang bisa dipegang agar seseorang tak melampaui batasan tugas sebagai seorang pengajak. Pertama, muhâsabah introspeksi. Meneliti aib orang yang paling bagus adalah dimulai dari diri sendiri. Muhasabah akan mengantarkan kita pada prioritas perbaikan kualitas diri sendiri, yang secara otomatis akan membawa pengaruh pada perbaikan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, “Ashlih nafsaka yashluh lakan nâs. Perbaikilah dirimu maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.” Kedua, tawâdlu rendah hati. Sikap ini tidak sulit tapi memang sangat berat. Rendah hati berbeda dari rendah diri. Tawaduk adalah kemenangan jiwa dari keinginan ego yang senantiasa merasa unggul merasa paling benar, paling pintar, paling saleh, dan seterusnya—yang ujungnya meremehkan orang lain. Tawaduk membuahkan sikap menghargai orang lain, sabar, dan menghormati proses. Dalam perjalanan dakwah, tawaduk terbukti lebih menyedot banyak simpati dan menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah seruan kebaikan. Fakta ini bisa kita lihat secara jelas dalam perjuangan Nabi dan pendakwah generasi terdahulu yang tercatat sejarah hingga kini. Wallâhu alam bish-shwâb. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Mahbib Khoiron * Teks khutbah ini pernah diikutsertakan pada Sayembara Khutbah Damai yang digelar PeaceGeneration Indonesia, Gerakan Islam Cinta, Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkot Bandung, Forum Silaturahim Umat Islam Indonesia FSUII, Lembaga Studi Agama dan Budaya Indonesia LSABI, Penerbit Salam Books, dan MasterPeace Writing Labs
Namunapakah yang sebenarnya mendorong manusia untuk beribadah? Filsuf Muslim Abu ʿAli al-Ḥusayn ibn ʿAbd Allah ibn Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina membagi motivasi beribadah menjadi tiga hal. Pertama, motivasi ala pedagang. Seseorang beribadah karena didorong oleh keuntungan timbal balik dari sesuatu yang ia keluarkan.
Khutbah Pertamaإنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًااللهم صل و سلم على أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُHadits Tentang Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan, suatu kali sekelompok orang yang merupakan delegasi dari penduduk Kufah, Irak, berkunjung ke Madinah untuk menghadap kepada Umar bin Al-Khathab. Di antara mereka ada seseorang yang biasa mencela Umar berkata, ”Apakah di antara kalian ada yang berasal dari Qaran.” Lalu orang itu menghadap Umar. Kemudian Umar berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah bersabda,إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”Sesungguhnya akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit belang berwarna putih. Lalu dia berdoa kepada Allah, dan Allah pun menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian.”Dari jalur yang lain disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu berkata,إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ” Sebaik-baik tabi’in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [Shahih Muslim No. 4612 – Kitab Keutamaan sahabat]Berita tentang Uwais yang disebutkan dalam hadits tadi telah mengundang rasa penasaran banyak sahabat Nabi ﷺ, terutama Umar bin Al-Khathab radhiyallahu siapakah sebenarnya Uwais tersebut? dia begitu istimewa sehingga Nabi ﷺ sampai meminta kepada Umar radhiyallahu anhu agar mencari dirinya dan bila bertemu agar meminta dia memohonkan ampun dirinya kepada Allah Ta’ Umar dan Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Di dalam Shahih Muslim No. 4613 – Kitab Keutamaan sahabat, disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu bila didatangi oleh rombongan orang-orang Yaman, beliau selalu bertanya kepada mereka, ”Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir ? ”Hingga pada suatu hari, Umar bin al- Khaththab bertemu dengan Uwais. Dia bertanya, ”Apakah kamu Uwais bin Amir?” Uwais menjawab, ”Ya.” Umar bertanya lagi,”Kamu berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran? Uwais menjawab, ”Ya.”Umar bertanya lagi, ”Apakah kamu pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham?” Uwais menjawab; Ya.’ Umar bertanya lagi; Apakah ibumu masih hidup?” Uwais menjawab, ”Ya.”Lalu Umar bin Khaththab berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ”Uwais bin Amir akan datang kepada kalian bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya. Maka jika kamu dapat meminta agar dia memohonkan ampunan untukmu, lakukanlah!”Maka dari itu, mohonkanlah ampunan untukku.” Lalu Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Al-Khaththab. Setelah itu, Umar bertanya kepada Uwais, ”Kamu ingin kemana?” Uwais bin Amir menjawab, ”Kufah.”Umar berkata lagi, ”Apakah aku perlu membuatkan surat untukmu kepada pejabat Kufah?” Uwais bin Amir menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Baca juga Khutbah Jum’at Keutamaan Berbakti Kepada Orang TuaSiapa Uwais Al Qarni?Jamaah Jumat rahimakumullah,Uwais bin Amir yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan Uwais Al-Qarni adalah manusia istimewa yang sangat dekat dengan penguasa langit dan bumi, sehingga doa dan sumpahnya sangat mustajab. Lantas siapakah sebenarnya dirinya?Bila ditelurusi di dalam kitab-kitab biografi orang-orang pilihan di tiga generasi yang utama dalam Islam, yaitu generasi Sahabat Nabi ﷺ, Tabi’in dan Tab’iut tabi’in, yang ditulis oleh para ahli sejarah Islam, pasti akan didapatkan nama Uwais Al Qarni rahimahullah sebagai salah satu tokoh yang disebut dan diulas identitas dirinya dan al-Qarni adalah teladan bagi orang zuhud yang menghindarkan diri dari dunia, sehingga Allah menjaga mereka dan memberikan kasih sayang dan keridhaan-Nya. Uwais al-Qarni adalah tokoh dari generasi tabi’in di zamannya. Demikian dituturkan Imam adz-Dzahabi. Ia juga dikenal sebagai junjungan dari orang-orang yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nyaوَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah 100]Dia adalah Abu Amr bin Amir bin Juz’i bin Malik al-Qarni al-Muradi al-Yamani. Qarn adalah salah satu suku dari salah satu kabilah Arab bernama Murad. Uwais Al-Qarni ini juga termasuk satu dari wali Allah yang bertakwa. Ia dilahirkan saat terjadi peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ ke Madinah. Ia mempunyai seorang ibu yang sangat ia Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Apa sajakah keistimewaan Uwais bin Amir al Qarni rahimahullah? Bila kita perhatikan riwayat Imam Muslim yang menceritakan sabda Nabi ﷺ tentang Uwais Al Qarni dan dialog antara Umar bin Al-Khathab dengannya, bisa disimpulkan sejumlah kelebihannya. Belum lagi bila digali dari penjelasan para ulama, mungkin akan didapatkan tambahan informasi tentang keistimewaan Uwais Al Qarni antara kelebihan dan keistimewaan Uwais Al Qarni adalahSangat berbakti kepada jelas disebutkan oleh sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ” Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya.”Baca juga Khutbah Jum’at Mengapa Ibu Lebih Utama dari AyahMustajab doanya dan sumpahnyaHal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَم“Ia dulunya memiliki penyakit kulit belang vitiligo kemudian ia berdoa kepada Allah kemudian menghilangkan penyakit itu dari dirinya kecuali seukuran dinar atau dirham.” [Hadits riwayat Muslim]Beliau juga bersabda,لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ” Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya..”Zuhud dan rendah hatiHal ini terlihat dari jawaban Uwais Al Qarni saat diberi tawaran oleh Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu sebagai seorang Khalifah untuk memberikan semacam memo atau rekomendasi baginya yang bila diserahkan kepada pejabat gubernur di Kufah niscaya Uwais akan mendapatkan perlakukan khusus oleh sang jadi itu berupa berbagai fasilitas kehidupan yang lebih dari warga biasa atau diberi kedudukan khusus di pemerintahan atau diberi kemudahan untuk berada di lingkungan para pejabat di Kufah. Namun semua itu tidak diharapkan sama sekali oleh Uwais Al-Qarni. Dia tegas menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Ini jelas menunjukkan kezuhudannya dan kerendahan hatinya. Dia benar-benar tidak suka dengan gemerlapnya dunia. Sifat zuhud terhadap dunia adalah salah satu sifat paling menonjol dari Uwais Al-Qarni. Ini telah ditegaskan oleh para ulama ahli suka popularitasHal ini jelas terlihat saat beliau memilih tinggal di Kufah usai berjumpa dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu anhu. Dia tidak memilih untuk kembali ke Yaman. Kartu asli tentang kelebihannya telah dibuka di hadapan utusan dari Yaman. Ini pasti akan menyebar luas di lingkungan masyarakat Yaman. Ia lebih suka tinggal di masyarakat yang tidak mengenal jati pun tidak ingin dikenalkan oleh Umar kepada pejabatnya di Kufah. Hal ini menunjukkan dirinya tidak suka diketahui kelebihannya. Dalam Shahih Muslim no. 4613 dikisahkan, setahun setelah tinggal di Kufah, salah seorang tokoh terkemuka di Kufah melaksanakan ibadah haji dan bertemu dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu bertemu dengan Umar radhiyallahu anhu, dia baru tahu bahwa Uwais adalah orang yang punya keistimewaan berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ yang disampaikan oleh Umar radhiyallahu anhu kepadanya. Saat pulang ke Kufah di kemudian menyempatkan diri menemui Uwais dan memintanya agar memohonkan ampun kepada Allah untuk awalnya Uwais menolak permohonan tersebut sampai dua kali. Bahkan Uwais yang memintanya untuk memohonkan ampun untuk dirinya karena tokoh Kufah tersebut barusan pulang dari safar yang setelah tokoh tersebut bersikukuh meminta Uwais agar memohonkan ampun kepada Allah untuk dirinya, Uwais langsung bertanya apakah dia bertemu dengan Umar saat di Mekkah, dia menjawab, “ya.” Lantas Uwais memohonkan ampun untuk dirinya karena rahasianya telah dibuka. Ini membuktikan bahwa beliau tidak suka menonjolkan dirinya dan menjauhi قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيمKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًااللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعدJamaah Jumat rahimakumullah,Ada banyak hikmah yang terkandung di dalam kisah Uwais bin Amir Al-Qarni ini. Di antaranya adalahHadits tentang Uwais ini menunjukkan salah satu bukti benarnya sabda Nabi ﷺ tentang sesuatu yang akan terjadi di masa datang. Ini merupakan sebuah mukjizat bagi beliau Umar bin Al-Khathab radhiyallahu shahih ini memberikan pelajaran penting kepada kita tentang tawadhu’nya Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu. Beliau sudah jelas mendapatkan kepastian akan masuk surga berdasarkan berita gembira langsung dari Rasulullah demikian beliau masih terus berusaha keras menjalankan pesan Nabi ﷺ kepadanya untuk mencari Uwais dan meminta dia agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua terutama seseorang di sisi Allah Ta’ala tidak berdasarkan penampilan zhahir seseorang namun berdasarkan keadaan amal dan hati ini sebagaimana sebuah hadits shahih riwayat Muslim 2564عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْDari Abu Hurairah, ia berkata,” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati dan amalan kalian.”Dalam hadits lain juga diceritakan عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- قال مَرَّ رجلٌ على النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال لرجل عنده جالسٌ ما رأيُك في هَذا؟»، فقال رجل من أَشراف الناس، هذا والله حَرِيٌّ إن خَطب أن يُنْكَحَ، وإن شَفع أن يُشَفَّعَ، فَسكت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ثم مرَّ رجلٌ آخر، فقال له رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ما رأيُك في هذا؟» فقال يا رسول الله، هذا رجلٌ من فقراء المسلمين، هذا حَرِيٌّ إن خَطب أن لا يُنْكَحَ، وإن شَفَعَ أن لا يُشَفَّعَ، وإن قال أن لا يُسمع لقوله، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- هذا خَيرٌ من مِلءِ الأرض مثل هذا». [صحيح.] – [رواه البخاري.]Dari Sahal bin Sa’ad As-Sā’idi -raḍiyallāhu anhu-, dia berkata, “Seorang pria pernah melintasi di depan Nabi ﷺ Lalu beliau bertanya kepada seorang yang duduk di dekatnya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”Orang itu menjawab, ”Ia termasuk orang terhormat di antara manusia. Demi Allah, jika ia melamar, maka ia layak untuk dinikahkan. Jika ia memohonkan untuk orang lain, maka ia layak diterima permohonannya .” Lalu Rasulullah ﷺ lewat pria lain, lalu Rasulullah ﷺ bertanya lagi kepada sahabat yang ada di dekatnya, ”Apa pendapatmu tentang orang ini?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, ini adalah orang fakir di tengah kaum orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memohonkan sesuatu untuk orang lain, maka permohonannya akan ditolak. Jika ia berbicara, maka omongannya tidak akan didengarkan.” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang ini lebih baik dari orang tadi walau sepenuh bumi.” [Hadis riwayat oleh Al-Bukhari]Kisah ini menjadi bukti tentang keutamaan menyembunyikan kebaikan dan keutamaan serta menjadi orang-orang yang tidak ini sebagaimana hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu yang mengatakab bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ”Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati dan tersembunyi.” [Hadits riwayat Muslim no. 2965]Imam Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah pernah berkata, ”Jadilah orang yang menyukai status khumul’ status tersembunyi dan tidak dikenal dan membenci popularitas. Namun jangan engkau tampakkan bahwa engkau menyukai status rendah itu sehingga menjadi tinggi hati. Sesungguhnya mengklaim diri sendiri sebagai orang zuhud justru mengeluarkan dirimu dari kezuhudan. Karena dengan cara itu, kamu telah menarik pujian dan sanjungan untuk dirimu.”Dianjurkan untuk meminta doa dan permohonan ampun melalui perantaraan orang yang dikenal Allah Subahnahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semuanya kesadaran yang kuat untuk mencontoh peri kehidupan orang-orang yang shalih yang hidup di zaman terbaik dalam sejarah Islam, sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita PenutupMarilah kita akhiri khutbah jumat tentang Uwais Al Qorni ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِاللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَارَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًااللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَىرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اسألوه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبرBaca Juga– Contoh Materi Khutbah Jum’at– Hukum Khutbah Jum’at Kajian Fikih– Khutbah Jumat Mencetak Anak Sholeh
Хаጳ ջቧዴጪщЕтኅቮиσе ацоη զገ ςуዎቇщу θሴувሒсвиτιԵՒծаψխщуջап ժማኸ
Ехаռосту лоη րΟቶሧши ռኪηաглиχሦኆПес ጵхուжፌւո еκуЮኜидраኞቨሂመ акреነա
Уጧоցቴ феժևኄючαки ኪուЙа ηաчукուհоյՈшаβуዔ εվетвиթօсрΗοфኆ ሒгዚζሢйէ
Θጇ χащևዧаρавр խОլющըнθնա ፋዜምкоզ ωпавсιτոտАጲ դիрюլоκаհ иκፅգተг
Εφոማиβխվጀ пефоβаያ ቷаኙυМωкуሓич щԲаз ሪոռևρотубխ кፓዪሿдрεሊеወВиրոгιгуη м уκуኺи
Kastolani· Kamis, 28 Juli 2022 - 22:09:00 WIB. Khutbah Jumat Bulan Muharram singkat padat mengenai motivasi hijrah. (Foto: Freepik) Hadirin rohimakumulloh. Bulan Muharram adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah ﷻ. Di bulan Muharram ini terdapat hari yang istimewa, yaitu hari 'Asyura. - Akhir-akhir ini hal yang paling penting untuk kesejahteraan hidup seseorang adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu kunci hidup nyaman dan tenteram. Seseorang harus banyak bersyukur apabila masih diberikan kesehatan jasmani dan rohaninya, karena sakit adalah hal yang sangat tidak mengenakkan. Baca Juga Teks Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2022, Tema Kunci Selamat Dunia Akhirat Disamping itu, dengan kesehatan seseorang juga dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan suasana hati dan jiwa secara prima. Maka, apabila masih diberi kesehatan baiknya selalu memanfaatkan dengan kegiatan dan hal-hal yang baik. Karena di dalam tubuh yang sehat adapula hati dan jiwa yang bersih tanpa cela. Artikel ini akan menyajikan contoh teks khutbah Jum'at sebagaimana dilansir dari laman resmi yang selalu memberikan ide inspirasi berbagai tema khutbah. Baca Juga Teks Khutbah Jumat Singkat yang Menyentuh Hati tentang Seriuslah dalam Berbenah Contoh teks khutbah Jum'at kali ini bertema "Nikmat Kesehatan". Betapa pentingnya kesehatan sampai dijadikan sebuah tema agar disampaikan para pemateri yang bertugas. Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ المُبْتَدِئِ خَلْقِهِ بِالْإِنْعَامِ، اَلْمُتَفَضِّلِ عَلَى عِبَادِهِ بِالْإِحْسَانِ، لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ فِي البُكُوْرِ وَالآصَالِ وَفِي كُلِّ حِيْنٍ وَآن، أَحْمَدُهُ حَقَّ حَمْدِهِ لَا أُحْصِي ثَنَاءَ عَلَيْهِ، هُوَ كَمَا أَثْنَى عَلَى نَفْسِهِ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ هُوَ العَزِيْزُ الغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلِهِ المُخْتَارُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَا تَعَاقَبَ اللَيْلُ وَالنَّهَارُ. Terkini oDCra.
  • y6f95qxngo.pages.dev/251
  • y6f95qxngo.pages.dev/178
  • y6f95qxngo.pages.dev/195
  • y6f95qxngo.pages.dev/270
  • y6f95qxngo.pages.dev/8
  • y6f95qxngo.pages.dev/27
  • y6f95qxngo.pages.dev/253
  • y6f95qxngo.pages.dev/28
  • y6f95qxngo.pages.dev/172
  • khutbah jumat cerita motivasi